Blog

  • Dua Polisi Peras Remaja di Semarang, Haedar Nashir: Reformasi Kepolisian Mendesak!

    Dua Polisi Peras Remaja di Semarang, Haedar Nashir: Reformasi Kepolisian Mendesak!

    Dua anggota kepolisian menjadi sorotan publik setelah tertangkap tangan melakukan pemerasan terhadap pasangan muda-mudi yang sedang berada di dalam mobil. Kejadian ini sontak menjadi viral di dunia maya setelah rekaman peristiwa tersebut diunggah oleh warga dan menyita perhatian banyak orang.

    Insiden tersebut terjadi pada malam hari di wilayah Semarang Utara. Berdasarkan informasi, dua aparat penegak hukum ini mendekati kendaraan yang terparkir dan menuduh pasangan di dalamnya melakukan pelanggaran hukum. Dengan dalih tersebut, mereka meminta uang sebesar Rp2,5 juta agar pasangan tersebut tidak dikenakan sanksi lebih lanjut.

    “Dua oknum polisi, Aiptu Kusno dan Aipda Roy Legowo, ditangkap warga setelah memeras sepasang remaja di Semarang Utara. Mereka meminta Rp2,5 juta dengan dalih tuduhan pidana saat korban nongkrong di dalam mobil,” tulis keterangan unggahan Instagram @fakta.indo, Senin, 3 Februari 2025.

    Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol M. Syahduddi, mengonfirmasi bahwa kedua personel kepolisian tersebut memang terlibat dalam aksi pemerasan. Ia menyatakan bahwa mereka kini telah diamankan dan akan menjalani proses hukum serta sanksi etik.

    “Saat ini mereka telah ditempatkan dalam penempatan khusus atau ditahan selama 21 hari ke depan,” ujar Syahduddi.

    Berdasarkan kronologi kejadian, dua anggota polisi tersebut bersama seorang warga sipil sedang mencari tempat makan malam. Ketika melewati kawasan Pantai Marina, mereka melihat sebuah mobil yang terparkir di tepi jalan.

    Mereka kemudian menghampiri pasangan mahasiswa berusia 17 tahun yang berada di dalam mobil dan menuduh mereka melakukan tindakan melanggar hukum. Dengan ancaman akan dikenakan hukuman, mereka meminta uang sebesar Rp2,5 juta agar tidak diproses lebih lanjut.

    Korban yang merasa ketakutan akhirnya menyerahkan uang tersebut setelah menarik tunai dari ATM. Namun, situasi berubah ketika pacar korban berteriak “maling!”, yang langsung menarik perhatian sekitar 50 warga sekitar. Warga yang geram segera mengepung mobil para pelaku hingga akhirnya sebagian uang dikembalikan sebelum ketiganya diamankan oleh Polsek Semarang Utara.

    Peristiwa ini menuai beragam komentar dari warganet di media sosial. Banyak yang menyoroti tugas utama kepolisian sebagai pelindung masyarakat, bukan sebaliknya.

    “Aduh tugas polisi itu bukannya mengayomi masyarakat ya, kok ini malah terbalik jadi pemerasan, tolong di pecat aja polisi kek begini jangan cuma sanksi,” tulis seorang pengguna media sosial.

    “Untung ketauan, coba bayangin aja kalo tidak ketahuan, entah para oknum ini akan minta apalagi?” tambah warganet lainnya.

    Saat ini, kedua oknum polisi tersebut telah ditahan dan menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Kasus ini diharapkan menjadi peringatan bagi aparat penegak hukum lainnya agar tidak menyalahgunakan kewenangan yang diberikan demi kepentingan pribadi.

  • Jari Putus dan Nyawa Melayang: Akhir Tragis Perselingkuhan di Jakarta Timur

    Jari Putus dan Nyawa Melayang: Akhir Tragis Perselingkuhan di Jakarta Timur

    Dua anggota kepolisian menjadi sorotan publik setelah tertangkap tangan melakukan pemerasan terhadap pasangan muda-mudi yang sedang berada di dalam mobil. Kejadian ini sontak menjadi viral di dunia maya setelah rekaman peristiwa tersebut diunggah oleh warga dan menyita perhatian banyak orang.

    Insiden tersebut terjadi pada malam hari di wilayah Semarang Utara. Berdasarkan informasi, dua aparat penegak hukum ini mendekati kendaraan yang terparkir dan menuduh pasangan di dalamnya melakukan pelanggaran hukum. Dengan dalih tersebut, mereka meminta uang sebesar Rp2,5 juta agar pasangan tersebut tidak dikenakan sanksi lebih lanjut.

    “Dua oknum polisi, Aiptu Kusno dan Aipda Roy Legowo, ditangkap warga setelah memeras sepasang remaja di Semarang Utara. Mereka meminta Rp2,5 juta dengan dalih tuduhan pidana saat korban nongkrong di dalam mobil,” tulis keterangan unggahan Instagram @fakta.indo, Senin, 3 Februari 2025.

    Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol M. Syahduddi, mengonfirmasi bahwa kedua personel kepolisian tersebut memang terlibat dalam aksi pemerasan. Ia menyatakan bahwa mereka kini telah diamankan dan akan menjalani proses hukum serta sanksi etik.

    “Saat ini mereka telah ditempatkan dalam penempatan khusus atau ditahan selama 21 hari ke depan,” ujar Syahduddi.

    Berdasarkan kronologi kejadian, dua anggota polisi tersebut bersama seorang warga sipil sedang mencari tempat makan malam. Ketika melewati kawasan Pantai Marina, mereka melihat sebuah mobil yang terparkir di tepi jalan.

    Mereka kemudian menghampiri pasangan mahasiswa berusia 17 tahun yang berada di dalam mobil dan menuduh mereka melakukan tindakan melanggar hukum. Dengan ancaman akan dikenakan hukuman, mereka meminta uang sebesar Rp2,5 juta agar tidak diproses lebih lanjut.

    Korban yang merasa ketakutan akhirnya menyerahkan uang tersebut setelah menarik tunai dari ATM. Namun, situasi berubah ketika pacar korban berteriak “maling!”, yang langsung menarik perhatian sekitar 50 warga sekitar. Warga yang geram segera mengepung mobil para pelaku hingga akhirnya sebagian uang dikembalikan sebelum ketiganya diamankan oleh Polsek Semarang Utara.

    Peristiwa ini menuai beragam komentar dari warganet di media sosial. Banyak yang menyoroti tugas utama kepolisian sebagai pelindung masyarakat, bukan sebaliknya.

    “Aduh tugas polisi itu bukannya mengayomi masyarakat ya, kok ini malah terbalik jadi pemerasan, tolong di pecat aja polisi kek begini jangan cuma sanksi,” tulis seorang pengguna media sosial.

    “Untung ketauan, coba bayangin aja kalo tidak ketahuan, entah para oknum ini akan minta apalagi?” tambah warganet lainnya.

    Saat ini, kedua oknum polisi tersebut telah ditahan dan menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Kasus ini diharapkan menjadi peringatan bagi aparat penegak hukum lainnya agar tidak menyalahgunakan kewenangan yang diberikan demi kepentingan pribadi.

  • Kasus WN China di Bandara Soetta: Cermin Buram Birokrasi Imigrasi Indonesia

    Kasus WN China di Bandara Soetta: Cermin Buram Birokrasi Imigrasi Indonesia

    Pada Sabtu dini hari (1/2), aktivis antikorupsi Emerson Yuntho mengunggah sebuah surat melalui akun X miliknya. Surat tersebut diklaim berasal dari Kedutaan Besar China di Indonesia dan ditujukan kepada pemerintah Indonesia, bertanggal 21 Januari 2025.

    Dalam surat itu, terungkap adanya 44 kasus dugaan pemerasan yang dilakukan oleh oknum petugas imigrasi di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Tindakan ini menimpa lebih dari 60 warga negara China dalam rentang waktu antara Februari 2024 hingga Januari 2025.

    Berkat koordinasi dengan direktorat konsuler Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Kedutaan Besar China berhasil menyelesaikan puluhan kasus tersebut. Tak hanya itu, uang yang telah diperas dari para korban dengan total mencapai Rp32,75 juta berhasil dikembalikan kepada pihak yang berhak menerimanya.

    “Dalam rangka memberantas masalah pemerasan di bandara, Kedutaan Besar [China] berharap agar tulisan ‘Dilarang memberi tip’, ‘Silakan lapor jika terjadi pemerasan’ dalam bahasa Mandarin, Indonesia, dan Inggris dapat dipasang di tempat pemeriksaan imigrasi,” demikian isi surat tersebut.

    Kasus ini kembali menyoroti pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pelayanan publik, khususnya di sektor keimigrasian. Dugaan pemerasan terhadap warga asing menjadi catatan serius yang perlu segera ditindaklanjuti oleh pihak berwenang guna menjaga reputasi serta kepercayaan internasional terhadap sistem keimigrasian Indonesia.

  • Tragedi di Ciracas: Pelaku Pembunuhan Pegawai Bengkel Mebel Kabur dengan Istri Korban

    Tragedi di Ciracas: Pelaku Pembunuhan Pegawai Bengkel Mebel Kabur dengan Istri Korban

    Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Pembunuh Pegawai Bengkel Mebel di Ciracas Kabur Bersama Istri Korban”, Klik untuk

    Sebuah insiden tragis terjadi di sebuah bengkel mebel yang berlokasi di Jalan Malaka, Ciracas, Jakarta Timur. Seorang pekerja, EHS (37), diduga telah menghabisi nyawa rekan kerjanya, RR (37). Usai melakukan aksi keji tersebut, pelaku dikabarkan melarikan diri bersama pasangan korban.

    Salah satu saksi mata di tempat kejadian, Alan (52), menyebutkan bahwa istri korban terlihat meninggalkan lokasi bersama pelaku melalui pintu depan bengkel.

    “Lewat situ perempuannya (kaburnya) lewat depan, pintu depannya itu, bareng sama pelaku,” ungkap Alan saat ditemui di lokasi kejadian pada Minggu (2/2/2025).

    Setelah menganiaya RR hingga kehilangan nyawa, EHS sempat masuk ke kamar yang berada di dalam area bengkel. Ia diduga mengemasi barang-barang pribadinya sebelum melarikan diri.

    “Larinya ke sini (kamar) mengambil pakaian, Di situ saya sudah panik dengan yang namanya korban itu kan harus digimanain. Dia (pelaku), baru sampai sini (depan pagar) saya teriakin,” tambah Alan.

    Alan mengaku telah berusaha mengejar pelaku setelah melihat kondisi RR yang sudah bersimbah darah. Namun, upayanya untuk menangkap EHS tidak membuahkan hasil.

    Di tengah situasi yang genting, Alan dan beberapa rekan kerja lainnya memutuskan untuk memberikan pertolongan pertama kepada korban yang saat itu dalam kondisi kritis akibat luka tusukan.

    “Di luar aja enggak ada siapa-siapa, kita cuma berempat. Di sini kan orang sudah terkapar seperti bersimbah darah begitu kan kita panik,” ucapnya.

    Sebelumnya, RR pertama kali ditemukan oleh rekan kerjanya yang sempat mendengar adanya kegaduhan. Ketika ditemukan, tubuh korban mengalami beberapa luka tusuk. Sayangnya, nyawanya tak tertolong dan ia menghembuskan napas terakhir dalam perjalanan menuju RSUD Ciracas.

    Hingga saat ini, motif di balik insiden tragis tersebut masih menjadi tanda tanya. Aparat kepolisian terus melakukan penyelidikan guna mengungkap penyebab pasti kejadian ini serta memburu pelaku yang masih dalam pelarian.

  • Tindak Tegas Polda Jateng: Dua Polisi Semarang Jadi Tersangka Pemerasa

    Tindak Tegas Polda Jateng: Dua Polisi Semarang Jadi Tersangka Pemerasa

    Dua personel Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Semarang kini harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan hukum. Keduanya ditetapkan sebagai tersangka atas dugaan pemerasan terhadap dua remaja dengan nilai uang mencapai Rp 2,5 juta dan kini telah resmi ditahan oleh Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Tengah.

    Kapolrestabes Semarang, Komisaris Besar Muhammad Syahduddi, mengungkapkan identitas dua anggota yang tersandung kasus ini, yakni Aiptu Kusno dan Aipda Roy Legowo.

    Akibat perbuatan mereka, kedua aparat kepolisian tersebut tidak hanya menghadapi ancaman hukuman penjara hingga 9 tahun, tetapi juga berpotensi mengalami Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH). Hal ini dikarenakan mereka terbukti melanggar kode etik Kepolisian Republik Indonesia dalam insiden pemerasan yang menimpa dua remaja berinisial MRW (18) dan MMX (16). Kejadian ini berlangsung di kawasan Telagamas, Kecamatan Semarang Utara, pada Jumat (31/1/2025) sekitar pukul 20.30 WIB.

    “Keduanya sudah ditetapkan sebagai tersangka, kami jerat dengan Pasal 368 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang pemerasan. Ancaman hukuman penjara 9 tahun,” kata Syahduddi pada Minggu (2/2/2025).

    Diketahui, Aiptu Kusno bertugas di Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polrestabes Semarang, sementara Aipda Roy Legowo merupakan anggota Unit Samapta Kepolisian Sektor (Polsek) Tembalang. Selain dua anggota polisi tersebut, seorang warga sipil bernama Suyatno yang merupakan rekan mereka juga ditetapkan sebagai tersangka lantaran turut serta dalam aksi pemerasan ini.

    Proses Hukum dan Etika Kepolisian

    Penanganan hukum terhadap kedua aparat ini dilakukan oleh Polda Jawa Tengah, sedangkan tersangka dari kalangan sipil berada dalam proses hukum yang ditangani oleh Polrestabes Semarang.

    “Kalau yang dua orang kan di Polda, yang anggota. Yang satu (warga) sedang dalam proses penanganan di Satreskrim Polrestabes Semarang,” jelas Syahduddi.

    Pihak kepolisian juga telah membawa korban ke Polsek Semarang Utara guna dimintai keterangan lebih lanjut terkait kronologi kejadian serta motif dari dugaan pemerasan tersebut.

    Menurut penuturan Syahduddi, awalnya kedua aparat yang sedang tidak bertugas itu tengah mencari makan bersama dengan Suyatno. Namun, dalam perjalanan melintasi kawasan Pantai Marina, mereka mendapati sebuah mobil yang tengah berhenti di tepi jalan dan mendapati dua korban di dalamnya.

    “Anggota tersebut meminta sejumlah uang, bahasanya untuk tidak diproses hukum. Kemudian karena dua korban ini ketakutan, akhirnya dipenuhi dan diberikanlah sejumlah uang Rp2,5 juta,” ungkapnya.

    Laporan Masyarakat dan Pengembalian Uang

    Kejadian ini akhirnya terungkap setelah warga melaporkan dugaan pemerasan kepada pihak berwajib. Tidak berselang lama, aparat Polsek Semarang Utara langsung turun ke lokasi kejadian yang berada di sebuah minimarket di Telagamas.

    “(Rp 2,5 juta untuk apa?) Ya, untuk kepentingan pribadinya mereka. (Uangnya ada yang dikembalikan?) Ya, sesaat setelah mereka dikerumuni oleh banyak orang, kemudian secara spontan dua orang anggota itu langsung mengembalikan uang kepada korban kurang lebih Rp 1 juta,” lanjut Syahduddi.

    Namun demikian, pengembalian sebagian uang tersebut tidak serta-merta menghapus kesalahan mereka. Proses hukum tetap berjalan karena mereka terbukti melanggar kode etik kepolisian.

    Komitmen Penegakan Disiplin di Kepolisian

    Kasus ini menjadi perhatian serius di tubuh kepolisian. Kapolrestabes Semarang menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen menjaga profesionalitas aparat hukum agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Ia menegaskan bahwa perilaku menyimpang seperti ini bertentangan dengan tugas utama kepolisian sebagai penjaga ketertiban dan pelindung masyarakat.

    “Saya selaku Kapolrestabes Semarang berkomitmen. Ini juga 9 hari saya bertugas di Polrestabes Semarang. Sesaat setelah saya melaksanakan serah terima jabatan, Bapak Kapolda Jawa Tengah langsung memberikan instruksi agar saya tidak ragu-ragu dan secara tegas melakukan penindakan ataupun penertiban terhadap anggota Polrestabes Semarang yang melakukan penyimpangan ataupun pelanggaran, baik itu pelanggaran kode etik, disiplin maupun pidana,” tegasnya.

    Dengan tindakan tegas ini, diharapkan tidak ada lagi oknum yang menyalahgunakan wewenangnya, sehingga kepercayaan masyarakat terhadap institusi kepolisian tetap terjaga.

  • Pentingnya Harmoni Antaragama, Pesan Presiden Prabowo yang Diungkap Menag Nasaruddin

    Pentingnya Harmoni Antaragama, Pesan Presiden Prabowo yang Diungkap Menag Nasaruddin

    Menteri Agama Nasaruddin Umar mengungkapkan pesan dari Presiden Prabowo Subianto mengenai urgensi menjaga harmoni dan sikap saling menghormati di antara pemeluk agama di Tanah Air.

    Pesan tersebut disampaikan oleh Nasaruddin saat mewakili Presiden dalam kunjungan ke Kuil Murugan yang berlokasi di Kalideres, Jakarta Barat, pada Minggu (2/2/2025).

    “Pesan yang pertama adalah kita tentu diminta untuk memperkuat kekuatan kerukunan toleransi umat masyarakat. Bagaimana bahwasanya agama itu bisa kita gunakan untuk memperkuat bangsa,” ujar Nasaruddin.

    Lebih lanjut, Nasaruddin menegaskan bahwa selama Indonesia tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Pancasila serta keberagaman yang menjadi identitas bangsa, tidak akan ada pihak manapun yang mampu mengguncang atau mengoyak persatuan bangsa ini.

    Dengan menjadikan keberagaman sebagai pondasi yang kokoh, bangsa Indonesia diyakini dapat terus berkembang dan menjaga stabilitas sosialnya di tengah tantangan zaman.

  • Menhut Dukung Persiapan Gajah untuk Upacara di Pura Besakih, Rumah Ibadah Hindu Terbesar di Indonesia

    Menhut Dukung Persiapan Gajah untuk Upacara di Pura Besakih, Rumah Ibadah Hindu Terbesar di Indonesia

    Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni mengungkapkan bahwa pihaknya memberikan dukungan dalam peresmian rumah ibadah umat Hindu terbesar di Indonesia dengan menyediakan gajah sebagai bagian dari prosesi seremonial.

    Bantuan tersebut merupakan wujud partisipasi Kementerian Kehutanan dalam upacara pembukaan Kuil Hindu Shri Sanathana Dharma Aalayam, yang juga dikenal sebagai Jakarta Murugsan Temple.

    “Hari ini, kami mengikuti pembukaan kuil Hindu terbesar di Indonesia. Kementerian Kehutanan turut membantu menyiapkan gajah dalam pembukaan rumah ibadah tersebut,” ujar Menhut saat menghadiri peresmian Kuil Hindu Shri Sanathana Dharma Aalayam di Jakarta pada Minggu.

    Menhut menjelaskan bahwa kementeriannya turut berkontribusi dengan memfasilitasi peminjaman dua ekor gajah dari Taman Safari Indonesia. Kehadiran gajah-gajah ini menjadi bagian dari rangkaian upacara penyucian kuil yang memiliki makna sakral bagi umat Hindu.

    Dua ekor gajah yang dihadirkan dalam peresmian ini dipercaya dapat membawa berkah dan kesucian bagi kuil yang baru saja diresmikan.

    Lebih lanjut, Menhut menyampaikan bahwa peminjaman gajah dilakukan atas permohonan resmi dari pengelola Kuil Hindu Shri Sanathana Dharma Aalayam.

    Pada awalnya, pihak kuil hanya mengajukan permohonan untuk meminjam satu ekor gajah yang dipandang sebagai simbol kebijaksanaan dalam ajaran Hindu.

    Namun, setelah mempertimbangkan nilai budaya dan keagamaan yang terkandung dalam prosesi ini, Kementerian Kehutanan memutuskan untuk menambah jumlah gajah yang dipinjamkan menjadi dua ekor. Langkah ini diambil demi mendukung kemeriahan serta makna spiritual dalam peresmian kuil tersebut.

    Dua gajah yang dihadirkan diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam kelancaran prosesi upacara pembukaan kuil Hindu terbesar di Tanah Air.

    Keberadaan gajah dalam upacara keagamaan memiliki arti mendalam, di mana hewan ini diyakini sebagai simbol kesucian dan kekuatan spiritual yang dihormati dalam tradisi Hindu.

    “Kami dari Kementerian Kehutanan meminjamkan dua ekor gajah untuk pembukaan rumah ibadah ini. Pihak Kuil Hindu Shri Sanathana Dharma Aalayam diketahui mengajukan permohonan peminjaman satu gajah. Gajah ini diyakini sebagai lambang suci kebijakan,” tutur Antoni.

    Acara peresmian kuil tersebut juga dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, di antaranya Utusan Presiden Hashim Djojohadikusumo, Menteri Agama Nasaruddin Umar, Menteri Luar Negeri Sugiono, Ketua Dewan Pengentasan Kemiskinan Budiman Sudjatmiko, serta Pimpinan Komisi VII DPR RI Rahayu Saraswati.

  • Prabowo Berhalangan Hadir, Hashim Djojohadikusumo Resmikan Kuil Hindu di Jakarta

    Prabowo Berhalangan Hadir, Hashim Djojohadikusumo Resmikan Kuil Hindu di Jakarta

    Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, tidak dapat menghadiri acara peresmian Kuil Hindu Sri Sanathana Dharma Aalayam atau yang dikenal sebagai Murugan Temple di Jakarta Barat pada Minggu (2/2) ini.

    Sebagai perwakilan, Presiden mengutus Hashim Djojohadikusumo untuk menghadiri acara tersebut. Hashim mengungkapkan bahwa alasan absennya Prabowo dalam perhelatan ini dikarenakan kondisi kesehatannya yang kurang prima.

    “(Tidak hadir) karena beliau merasa enggak enak badan,” ujar Hashim kepada awak media di lokasi acara.

    Meski tidak bisa hadir secara langsung, Prabowo tetap menitipkan beberapa pesan kepada seluruh tamu undangan yang hadir. Hashim juga mengungkapkan bahwa Prabowo merasa terhormat karena peresmian kuil ini berlangsung tak lama setelah dirinya melakukan kunjungan kenegaraan ke India.

    Keberadaan Murugan Temple ini menjadi simbol penting bagi kebebasan beragama di Indonesia. Menurut Hashim, keberadaan kuil ini menunjukkan bahwa pemerintah menjunjung tinggi keberagaman serta menjamin hak beribadah bagi seluruh masyarakatnya.

    “Walaupun sampai beberapa jam sebelumnya Bapak Presiden Prabowo Subianto berencana untuk hadir, tetapi karena kondisi kesehatannya yang perlu dijaga dengan baik, maka kami semua memutuskan beliau tidak hadir,” jelas Hashim.

    “Namun, beliau (Prabowo) mengirimkan salam kepada semuanya, terutama kepada masyarakat Hindu India dan umat Hindu secara umum atas momentum bersejarah peresmian kuil ini yang begitu luar biasa,” tambahnya.

    Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com di lokasi, acara peresmian Murugan Temple ini dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi negara. Beberapa di antaranya adalah Menteri Agama Nasaruddin Umar, Menteri Luar Negeri Sugiono, Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, Utusan Presiden Hashim Djojohadikusumo, Ketua Dewan Pengentasan Kemiskinan Budiman Sudjatmiko, hingga pimpinan Komisi VII DPR RI, Rahayu Saraswati.

    Murugan Temple ini disebut-sebut akan menjadi kuil Hindu terbesar di kawasan Asia Tenggara, menambah deretan tempat ibadah megah yang mencerminkan kerukunan umat beragama di Indonesia.

  • Macet Parah di Kawasan Senayan Akibat Demo Tenaga Honorer di Gedung DPR

    Macet Parah di Kawasan Senayan Akibat Demo Tenaga Honorer di Gedung DPR

    Kelompok tenaga honorer yang tergabung dalam Aliansi Honorer R2 dan R3 mengadakan unjuk rasa di depan Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, pada Senin (3/2). Aksi ini berdampak pada kepadatan kendaraan di kawasan sekitar.

    Informasi terkait kondisi lalu lintas yang tersendat di Jalan Gatot Subroto menuju arah Slipi dan Palmerah diunggah melalui akun X @TMCPoldaMetro.

    “08.19 Saat ini sedang berlangsung kegiatan Penyampaian Pendapat dari Aliansi Honorer di depan Gedung DPR/MPR RI Jl. Gatot Subroto Jakpus, Untuk situasi arus lalu lintas menuju arah Slipi maupun arah Palmerah terpantau cukup padat,” demikian isi pernyataan dalam unggahan tersebut.

    Dalam rekaman yang dibagikan akun tersebut, pihak kepolisian memberikan imbauan kepada para pengguna jalan agar mencari jalur alternatif guna menghindari kemacetan.

    “Kami imbau kepada masyarakat agar mencari rute alternatif apabila menggunakan rute Semanggi menuju ke Slipi untuk menghindari kepadatan arus lalu lintas,” ucap Kabag Ops Ditlantas Polda Metro Jaya, AKBP Dermawan Karosekali dalam video yang diunggah.

    Sementara itu, Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Susatyo Purnomo Condro, mengungkapkan bahwa sebanyak 1.394 personel dari berbagai kesatuan diterjunkan untuk mengawal jalannya demonstrasi.

    Menurutnya, ribuan petugas tersebut ditempatkan di sejumlah titik strategis di sekitar Gedung DPR guna memastikan situasi tetap terkendali. Selain itu, langkah pengamanan juga diterapkan untuk mencegah massa aksi memasuki area dalam gedung DPR RI.

    Lebih lanjut, Susatyo mengingatkan kepada koordinator lapangan dan orator agar menyampaikan aspirasi dengan tertib serta menghindari tindakan provokatif yang berpotensi memicu ketegangan.

    “Lakukan unjuk rasa dengan damai, tidak memaksakan kehendak, tidak anarkis dan tidak merusak fasilitas umum. Hormati dan hargai pengguna jalan yang lain yang akan melintas sekitaran Gedung DPR RI,” ujarnya.

    Aksi demonstrasi ini masih berlangsung dan kepadatan kendaraan di sekitar lokasi terus dipantau oleh pihak berwenang.

  • Aksi Ribuan Honorer di DPR, Andre Rosiade Siap Sampaikan Aspirasi ke Prabowo

    Aksi Ribuan Honorer di DPR, Andre Rosiade Siap Sampaikan Aspirasi ke Prabowo

    Anggota Badan Aspirasi Masyarakat (BAM) DPR RI, Andre Rosiade, mengungkapkan komitmennya untuk menyampaikan tuntutan para pegawai honorer yang menolak penetapan status mereka sebagai pegawai paruh waktu kepada Presiden Prabowo Subianto.

    Pernyataan tersebut disampaikan oleh Andre di hadapan ribuan pegawai honorer yang menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR pada Senin (3/2/2025). Dalam pidatonya di atas mobil komando, anggota Partai Gerindra itu menjelaskan bahwa ia berencana untuk segera melaporkan keluhan para pegawai honorer kepada Wakil Ketua DPR yang juga menjabat sebagai Ketua Harian Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad.

    “Setelah ini, turun dari panggung, saya akan langsung menyampaikan laporan kepada pimpinan DPR, Pak Sufmi Dasco, untuk kemudian menginformasikan hal ini kepada Presiden,” ungkap Andre dengan tegas kepada massa yang hadir.

    Politikus yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi VI DPR RI ini menyatakan bahwa dirinya akan menyampaikan segala aspirasi yang telah diutarakan oleh tenaga honorer selama audiensi di BAM. Ia meminta kepada para demonstran untuk bersabar, seraya memastikan bahwa perjuangan untuk mewujudkan tuntutan mereka akan terus dilanjutkan.

    “Saya ingin menegaskan, saya tidak ingin berbicara banyak, Pak. Tidak ada janji kosong dari saya. Yang pasti, saya datang ke sini untuk memperjuangkan suara Bapak dan Ibu sekalian,” tambahnya, dengan semangat penuh keyakinan.

    Andre mengakhiri pidatonya dengan memberikan harapan kepada para tenaga honorer, mengingatkan bahwa perjuangan mereka akan tetap diperjuangkan dengan maksimal demi mewujudkan keadilan.