Pada bulan Maret 2025, langit akan dihiasi oleh dua peristiwa astronomi yang menarik perhatian banyak orang, yaitu Gerhana Bulan Total pada 14 Maret dan Gerhana Matahari Parsial pada 29 Maret. Fenomena ini bertepatan dengan bulan suci Ramadan, sehingga menimbulkan rasa penasaran masyarakat terkait kemungkinan pengamatan serta efeknya.
Gerhana Bulan terjadi ketika Bumi berada di antara Matahari dan Bulan dalam satu garis lurus, menyebabkan cahaya Matahari yang seharusnya menerangi Bulan tertutup oleh bayangan Bumi. Sebaliknya, Gerhana Matahari terjadi ketika Bulan berada di antara Matahari dan Bumi, membuat cakram Matahari tampak tertutupi sebagian atau seluruhnya dari sudut pandang di Bumi. Berikut penjelasan lengkap yang dikutip dari akun Instagram @infoastronomy:
Perbedaan Gerhana Bulan dan Gerhana Matahari
Gerhana Bulan hanya muncul ketika Bulan berada dalam fase purnama. Namun, tidak setiap bulan purnama menghasilkan gerhana karena jalur orbit Bulan yang memiliki kemiringan sekitar 5 derajat terhadap bidang edar Bumi. Gerhana ini hanya bisa terjadi jika Matahari, Bumi, dan Bulan benar-benar berada dalam satu garis lurus.
Sementara itu, Gerhana Matahari hanya terjadi pada fase Bulan Baru, tetapi tidak selalu muncul setiap Bulan Baru karena faktor kemiringan orbit yang sama. Gerhana Matahari dapat diamati jika Bulan menghalangi sebagian atau seluruh cahaya Matahari dari pandangan di Bumi.
Gerhana Bulan Total 14 Maret 2025
Pada tanggal 14 Maret 2025, Gerhana Bulan Total akan terjadi, tetapi mayoritas wilayah Indonesia tidak akan dapat menyaksikannya. Indonesia hanya akan mengalami gerhana Bulan penumbra, yang dapat diamati di beberapa daerah di timur, seperti Papua, Papua Barat, Papua Selatan, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Barat Daya.
Fenomena ini berlangsung mulai pukul 10.57 WIB, mencapai titik puncaknya pukul 13.58 WIB, dan berakhir pada pukul 17.00 WIB. Karena terjadi pada siang hari ketika Bulan belum muncul di langit Indonesia, sebagian besar wilayah tidak akan dapat mengamati gerhana ini. Namun, bagi masyarakat di wilayah timur Indonesia, gerhana penumbra dapat terlihat mulai pukul 17.50 WIT hingga 19.00 WIT.
Gerhana Matahari Parsial 29 Maret 2025
Gerhana Matahari Parsial yang terjadi pada 29 Maret 2025 tidak dapat disaksikan dari Indonesia. Fenomena ini hanya bisa diamati di beberapa kawasan, seperti Eropa, Asia bagian utara, Afrika barat laut, sebagian besar Amerika Utara, Amerika Selatan bagian utara, serta wilayah Atlantik dan Arktik.
Gerhana ini akan berlangsung selama sekitar 3 jam 53 menit, dimulai pada pukul 15.50 WIB, mencapai puncaknya pukul 17.47 WIB, dan berakhir pada pukul 19.43 WIB. Meski terjadi pada siang hari di waktu Indonesia, jalur gerhana ini tidak melewati wilayah Nusantara, sehingga masyarakat Indonesia tidak akan dapat menyaksikannya.
Sepasang Gerhana dalam Waktu Berdekatan
Dua peristiwa gerhana yang terjadi dalam kurun waktu yang berdekatan bukanlah hal yang langka dalam dunia astronomi. Fenomena ini disebut “sepasang gerhana” dan sering terjadi karena interaksi orbit Bulan dan Bumi terhadap Matahari. Biasanya, Gerhana Bulan diikuti oleh Gerhana Matahari dengan selang waktu sekitar dua minggu, seperti yang akan terjadi pada Maret 2025.
Banyak orang beranggapan bahwa gerhana adalah peristiwa yang langka, padahal fenomena ini merupakan bagian dari siklus alam yang terus berulang sejak terbentuknya sistem Bumi-Bulan sekitar 4 miliar tahun yang lalu. Selain itu, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa gerhana dapat menyebabkan gempa bumi, tsunami, atau bencana lainnya, meskipun rumor semacam itu kerap beredar di media sosial.
Gerhana dan Ramadan dalam Sejarah
Fenomena gerhana yang bertepatan dengan bulan Ramadan juga pernah terjadi dalam sejarah. Misalnya, pada tahun 1916 terjadi Gerhana Bulan Parsial pada 18 Juli dan Gerhana Matahari Total pada 30 Juli. Tahun berikutnya, Gerhana Bulan Total terjadi pada 5 Juli, disusul oleh Gerhana Matahari Parsial pada 14 Juli.
Kejadian serupa juga tercatat dalam sejarah pada tahun 1932, 1933, 1992, 2002, dan 2012. Bahkan, pada tahun 2024, Gerhana Bulan Penumbra akan terjadi pada 25 Maret, diikuti oleh Gerhana Matahari Total pada 8 April.
Pada tahun 2025, Gerhana Bulan Total pada 14 Maret akan menjadi pertanda bahwa Ramadan telah mencapai pertengahannya, sementara Gerhana Matahari Parsial pada 29 Maret menjadi penanda bahwa Idulfitri semakin mendekat. Namun, selain makna astronomis dan religius yang dapat diinterpretasikan, tidak ada efek lain yang perlu dikhawatirkan.
Masyarakat diimbau untuk tidak mudah percaya dengan berbagai informasi yang mengaitkan gerhana dengan mitos atau pertanda buruk. Sebab, fenomena ini adalah bagian dari hukum alam yang sudah dipahami secara ilmiah dan terus terjadi sepanjang sejarah.