Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Usulkan Penghapusan Tradisi Wisuda di TK, SD, dan SMP

Rohmat

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengajukan gagasan untuk menghilangkan tradisi wisuda di jenjang pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Menurutnya, penyelenggaraan wisuda di tingkat sekolah dasar hingga menengah hanya akan menambah pengeluaran yang tidak perlu bagi para orang tua siswa.

Dedi berpendapat bahwa seremoni kelulusan lebih sesuai diadakan pada jenjang pendidikan tinggi, seperti diploma, sarjana, hingga pascasarjana. Ia menilai bahwa perayaan kelulusan di tingkat pendidikan dasar dan menengah bukanlah suatu keharusan dan malah berpotensi membebani keuangan keluarga siswa.

“Saya melarang di sekolah itu bikin kegiatan wisuda, karena wisuda itu menurut saya cocoknya S1 atau Diploma 3. Ini TK di wisuda, SD wisuda, SMP wisuda, nah ujung wisuda ini kan biaya lagi, ribut lagi,” ujar Dedi dalam unggahan di akun Instagram resminya @dedimulyadi71, dikutip Rabu, 5 Maret 2025.

Sebagai solusi alternatif, Dedi mengusulkan agar momen kelulusan tetap dapat dirayakan dengan cara yang lebih sederhana di lingkungan sekolah masing-masing. Ia juga menyarankan pembangunan fasilitas gedung pertunjukan di setiap sekolah agar berbagai acara seperti perpisahan, pementasan seni, hingga pemutaran film edukatif bisa dilaksanakan tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk menyewa tempat di luar.

“Jika memungkinkan, pemerintah provinsi akan membangun ruang pertunjukan di setiap sekolah. Atau kalau sekolahnya luas, kami akan bangunkan gedung pertunjukan berkapasitas seribu hingga seribu lima ratus orang agar kegiatan sekolah bisa tetap berlangsung tanpa biaya tambahan,” tambahnya.

Selain mengkritisi prosesi wisuda, Dedi juga menyoroti biaya album kenangan yang sering kali menjadi pengeluaran tambahan bagi para orang tua menjelang akhir masa sekolah anak-anak mereka. Untuk menekan biaya ini, ia mengusulkan agar dokumentasi kelulusan dialihkan ke format digital, sehingga lebih hemat dan efisien.

“Bisa dibuat digital, lebih murah. Tinggal dipotret, album kenangannya cepat, disimpan di Google Drive,” jelasnya.

Dedi sendiri mengaku lebih menyukai penyimpanan kenangan dalam bentuk digital dibandingkan album fisik. Ia berharap bahwa usulan ini bisa membantu meringankan beban ekonomi masyarakat serta meningkatkan efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan sekolah. Dengan demikian, pendidikan tetap menjadi prioritas utama tanpa tambahan biaya yang tidak perlu.

Also Read

Tags

Leave a Comment