HIlangnya Dukungan Finansial dari AS, Upaya Global Melawan HIV Terancam Lumpuh

Rohmat

Kepala Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk HIV/AIDS (UNAIDS), Winnie Byanyima, mengungkapkan bahwa hilangnya dukungan finansial dari Amerika Serikat membawa dampak serius terhadap upaya pemberantasan HIV. Ia menyoroti bagaimana pemangkasan anggaran ini berpotensi melumpuhkan berbagai program pencegahan dan pengobatan yang selama ini berjalan, Senin (24/3/2025).

Mengutip laporan dari AP News, Byanyima menegaskan bahwa keputusan tersebut dapat meningkatkan angka kematian di kalangan populasi paling rentan di dunia. Demi mencari solusi, ia mengajukan sebuah kesepakatan kepada Presiden AS, Donald Trump, yang berpotensi menjadi titik balik dalam upaya global untuk mengakhiri AIDS.

Menurut Byanyima, Trump, yang dikenal sebagai sosok pemimpin dengan ketertarikan pada kesepakatan besar, memiliki peluang untuk membawa perubahan signifikan dalam strategi pencegahan HIV. Ia membandingkannya dengan langkah Presiden George W. Bush dua dekade lalu, yang saat itu mengalokasikan dana besar untuk memastikan ketersediaan obat HIV secara luas.

Byanyima menambahkan bahwa jika kesepakatan ini berhasil diwujudkan, perusahaan farmasi Gilead akan memperoleh keuntungan ekonomi dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja di Amerika Serikat. Selain itu, program ini juga berpotensi menyelamatkan jutaan jiwa di negara-negara miskin yang bergantung pada bantuan internasional.

Saat ini, Amerika Serikat menyumbangkan sekitar 35 persen dari total anggaran utama UNAIDS. Namun, ketidakpastian masih menyelimuti masa depan kontribusi tersebut, mengingat belum ada kepastian apakah pendanaan akan dilanjutkan tahun depan. UNAIDS terus berdialog dengan pemerintah AS sambil bersiap menghadapi skenario terburuk jika dana tersebut benar-benar dihentikan.

Di sisi lain, negara-negara Eropa juga mengumumkan pengurangan anggaran untuk penanganan HIV, dengan alasan bahwa sebagian besar dana dialihkan ke sektor pertahanan dan kebutuhan strategis lainnya. Byanyima memperingatkan bahwa jika tren ini terus berlanjut, lebih dari 6,3 juta orang berisiko kehilangan nyawa dalam kurun waktu empat tahun mendatang.

Selain ancaman terhadap layanan pengobatan, minimnya langkah pencegahan juga bisa menyebabkan 2.000 infeksi baru setiap harinya. Meskipun ada kritik terkait efektivitas bantuan HIV yang diberikan selama ini, Byanyima melihat tantangan ini sebagai kesempatan untuk meningkatkan efisiensi dalam distribusi dana dan sumber daya.

Di tengah keterbatasan pendanaan, beberapa negara di Afrika berusaha meningkatkan kemandirian dalam menangani HIV. Namun, upaya ini masih terhambat oleh infrastruktur kesehatan yang lemah dan keterbatasan sumber daya. Banyak negara miskin kini berjuang keras untuk menampung peningkatan jumlah penderita HIV yang terus bertambah.

Byanyima menegaskan bahwa kesepakatan yang melibatkan Trump dan Gilead dapat menjadi angin segar bagi upaya global dalam mencegah penyebaran HIV. Namun, tanpa dukungan finansial yang cukup, banyak program yang berisiko terhenti, sehingga komunitas internasional harus mencari alternatif lain untuk menutup kekurangan dana.

Ia berharap munculnya pendekatan yang lebih inovatif dan efektif dalam menangani HIV. Menurutnya, investasi dalam langkah-langkah pencegahan serta pengobatan tetap harus menjadi prioritas utama dalam pertempuran panjang melawan AIDS.

Also Read

Tags

Leave a Comment