Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mengalami penurunan signifikan pada awal perdagangan hari ini. Berdasarkan data RTI Business per pukul 10.00 WIB, IHSG melemah drastis sebesar 3,49 persen atau merosot 218 poin hingga menyentuh level 6.039.
Pada sesi penutupan perdagangan akhir pekan lalu, IHSG juga mengalami tren pelemahan dengan koreksi sebesar 1,94 persen atau kehilangan 123 poin, sehingga turun ke level 6.258. Penurunan ini beriringan dengan aksi jual bersih (net sell) dari investor asing yang mencapai Rp2,3 triliun.
Saham-saham yang menjadi sasaran aksi jual investor asing masih didominasi oleh sektor keuangan, terutama saham perbankan seperti BBCA, BBNI, dan BMRI. Selain itu, saham BRMS serta TLKM juga turut mengalami tekanan jual yang cukup besar.
“IHSG hari ini berpotensi teknikal rebound (berbalik menguat) setelah FTSE rebalancing di Jumat kemarin. IHSG diperkirakan akan bergerak di level support 6.150-6.200, sedangkan level resist antara 6.300-6.400,” kata Head of Retail Research BNI Sekuritas, Fanny Suherman, Senin (24/3/2025).
Dalam dunia investasi, rebalancing merupakan strategi penyesuaian portofolio yang dilakukan secara berkala guna menjaga keseimbangan bobot aset dalam suatu indeks. Proses ini biasanya melibatkan seleksi ulang, penambahan, maupun penghapusan saham dalam indeks tertentu.
Di Amerika Serikat, pasar modal justru mengalami penguatan pada akhir pekan lalu setelah sempat mengalami tren pelemahan selama empat pekan berturut-turut. Pelemahan sebelumnya disebabkan oleh kecemasan terkait ketidakpastian hubungan dagang, risiko perlambatan ekonomi, serta tekanan terhadap saham-saham teknologi dengan kapitalisasi pasar besar.
Indeks S&P 500 mencatat kenaikan tipis sebesar 0,08 persen, Nasdaq Composite menguat 0,52 persen, dan Dow Jones Industrial Average bertambah 0,08 persen. Sementara itu, di kawasan Asia, bursa saham masih menunjukkan tren pelemahan.
“Bursa saham di Asia melemah karena meningkatnya ketegangan geopolitik serta kekhawatiran dampak tarif perdagangan AS terhadap perekonomian global. Di sisi lain, sejumlah bank sentral dunia, termasuk The Fed, Bank of Japan (BOJ), dan Bank of England, mempertahankan suku bunga tetap,” ujar Fanny.
Dinamika di pasar saham ini menunjukkan bahwa sentimen global masih berperan besar dalam menentukan arah pergerakan indeks. Para pelaku pasar pun terus mencermati perkembangan ekonomi serta kebijakan moneter guna menentukan strategi investasi yang tepat di tengah ketidakpastian yang melanda pasar keuangan.